Dari Harits bin Wahb ra, Rasulullah SAW berkata, “Maukah aku beritahu pada kalian siapakah ahli surga itu? Mereka itu adalah setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh para manusia, tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya. Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli neraka itu? Mereka itu adalah setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta lagi sombong” (HR. Bukhari no. 4918).
Maha Suci Allah, tidak ada yang mampu menandingi-Nya dalam kasih sayang pada manusia. Apa yang menurut manusia baik dan lebih tinggi bahkan bisa saja dipandang sebaliknya oleh Allah.
Lihatlah bagaimana cara Allah memuliakan seorang hamba. Mereka yang lemah di mata kita, tapi di mata Allah ucapan mereka jauh lebih dimuliakan. Bahkan Allah tak segan menyebut mereka sebagai ahli surga, sebuah jaminan yang tak ada tandingannya.
Sementara itu Allah melabelkan mereka yang berharta tapi kikir lagi sombong sebagai ahli neraka. Di saat kita di dunia, memuji dan meminta-minta kehidupan yang demikian.
Hadits ini cukuplah jelas, bahwa tak selamanya yang kaya adalah yang utama. Bahwa kekayaan bisa jadi pisau bermata dua, memudahkan mendapatkan tiket surga-Nya atau sebaliknya malah menghilangkan tiket itu.
“Mereka itu adalah setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta lagi sombong”, hal ini adalah sifat-sifat yang perlu diperhatikan oleh setiap orang-orang yang berharta. Hal yang mungkin tanpa sadar diperbuat dan menjadikan harta yang dimiliki tidak lagi ada apa-apanya di mata Allah.
Jika dipikirkan, sebenarnya Allah menjadikan segala apa yang kita miliki berpotensi menjadi ladang amal. Tugas kita kemudian menggali dan berpikir bagaimana menjadikan anugerah Allah tersebut untuk dipotensikan kembali pada jalan-Nya.
Sayangnya, dalam perjalanan menekan potensi tersebut kita dihadapkan dengan ujian keimanan yang tak kalah hebat, itulah sifat yang disebutkan dalam hadits ini. Susah memang dan tak dapat ditolak atau dibuang, sifat ini akan tetap mengganggu kita untuk menahan apa yang dimiliki sekedar bagi diri sendiri.
Namun, ingatlah bahwa selama kita berusaha untuk menghidarkan sifat keras, kikir, dan sombong tersebut maka tidak ada pertolongan paling baik selain pertolongan-Nya.
Teruslah belajar memperbaiki diri. Maksimalkan segala potensi yang kita miliki untuk beramal. Jangan tunggu punya harta dan kaya raya karena tak selamanya kaya itu menjadikan kita secara instan hamba yang utama.