Kalau kita membaca dan menyimak sejarah para rasul dengan seksama, kita akan menemukan satu persamaan selain agama yang mereka ajarkan. Ya, seluruh nabi adalah penggembala kambing.

Tidak hanya nabi Muhammad yang di masa kecil hingga mudanya menjadi peternak dan penggembala, nabi-nabi lain pun juga demikian. Para nabi seluruhnya mengalami dan merasakan sendiri bagaimana menggembalakan dan mengurusi ternak kambing.

Sesungguhnya ada hikmah yang dapat kita pelajari dari hal tersebut. Beternak kambing bukanlah hal yang mudah. Hewan membutuhkan perlakuan-perlakuan khusus. Hewan juga memiliki karakternya sendiri sehingga diperlukan ketelatenan dalam mengurusnya.

Dalam teknik penggemukan kambing saja misalnya, seekor kambing harus diberi multivitamin dan suntik cacing sebagai bentuk penjagaan kesehatannya. Kambing penggemukan juga tidak boleh sampai stres dan harus terus dipantau kondisinya. Kambing harus rutin diberikan makan dan minum serta dibersihkan agar menjadi kambing yang sehat dan layak dijual.

Hal ini sudah menunjukkan bahwa beternak bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kesabaran untuk dapat mengelola ternak dan menggembalakannya. Inilah poin pertama mengapa para nabi pernah berprofesi sebagai peternak, kesabaran.

Hewan ternak tidak serta merta mau diatur begitu saja. Mereka butuh didekati dan diperlakukan dengan baik barulah mau menurut. Perhatikan saja ketika orang asing tiba-tiba mendekati kambing dan memerah susunya misalnya, ia bisa menyerang orang itu. Tapi saat penggembala yang menghampirinya ia tidak melawan.

Ini sebenarnya adalah suatu pengajaran bagaimana nabi diuji atau ibaratnya pretest sebelum menghadapi manusia. Manusia juga punya karakter dan sifat yang berbeda. Jika tak dapat memahami manusia, maka akan sulit untuk dapat mendakwahkan kebenaran kepadanya.

Alasan kedua adalah, karena profesi menggembala dan beternak adalah profesi tangguh yang harus kuat jiwa dan raga. Apalagi para nabi menggembala di daerah yang sangat panas dan gersang. Sementara mereka harus berjalan berkilo-kilo jauhnya agar bisa mencapai padang rumput dan memberi makan kambing ternak. Pastilah sangat sulit menggembala dalam kondisi geografis yang demikian.

Pengajaran berikutnya adalah para nabi dilatih menjadi kuat, tangguh, dan tidak mudah menyerah. Kalaulah beternak saja lemah dan terkena panas sedikit lemah, bagaimana mungkin nabi bisa memimpin peperangan? Bagaimana nabi bisa mengatur pemerintahan negara? Bagaimana nabi bisa berdakwah jika mudah mengeluh?

Beternak dan menggembala artinya juga belajar menjadi sosok yang berani. Seorang penggembala harus mampu menjaga ternaknya di saat berbagai ancaman datang. Entah itu binatang buas atau bisa saja dari tangan-tangan jahil yang berusaha mencuri ternak itu.

Maka, seorang peternak dan penggembala harus menjadi sosok pemberani untuk bisa mengatasi hal itu. Bayangkan saja kalau para nabi tidak dilatih berani dengan beternak, bagaimana mungkin nabi dapat melindungi umatnya dan menjadi tameng saat orang-orang kafir menyerang dan merengsek maju? Bagaimana mungkin nabi bisa menjaga umatnya dari kezaliman yang dilakukan orang-orang yang membenci Islam?

Poin-poin di atas menunjukkan kepada kita, bahwa beternak dan menggembala adalah suatu amalam yang mulia dan penuh dengan hikmah. Banyak orang yang merendahkan pekerjaan ini. Menggembala tidak hanya menggiring kambing pergi dan pulang. Ada amanah-amanah luar biasa yang dipegang oleh para peternak dan penggembala.

Oleh karena itu, tak baik bagi seorang muslim meremehkan profesi ini. Sebaliknya, menggembala dan beternak harusnya menjadi skill yang dimiliki oleh tiap muslim. Sebab latihan menguasai diri dan membentuk karakter salah satunya dapat ditempa dengan kegiatan ini. Sehingga kita juga jauh lebih bisa memahami bagaimana perjuangan para nabi dalam mendakwahkan Islam lewat beternak ini.